Translate

Jumat, 16 Januari 2015

Pelangi yang Ku Rindukan

Bagai pelangi, datang hanya setelah hujan dan hilang dengan sendirinya. Hadirnya tak bisa kita harapkan apalagi kita tentukan, dia akan datang bila ada sesuatu yang membawanya yaitu hujan. Bagai pungguk merindukan rembulan, peribahasa itulah yang mungkin pantas disandangkan.
Bila waktu bisa dikembalikan dengan uang, mungkin semua orang akan berlomba-lomba untuk membelinya kembali. Tapi, waktu itu  terus berputar, mengalir seperti air yang tak kan kembali ke tempat sebelumnya. Dia akan mengalir dan terus mengalir mengikuti aliran air. Begitupun waktu, terus berdetak tiap detik yang berganti menjadin menit, menit menjadi jam dan jam menjadi sehari. Dan pada akhirnya, berganti menjadi esok hari. Kenangan, mungkin akan menjadi sesuatu yang paling mahal di dunia ini karena dia tak bisa dinilai dengan uang. Dia tak bisa ditukar apalagi diperjual-belikan. Setiap detik pasti ada kejadian, tapi tak semua kejadian jadi kenangan.
Satu hal yang selalu memberiku kenangan, yaitu dirimu. Kapanpun kau datang, aku selalu bahagia menyambutnya. Dan ketika kau tiba-tiba menghilang, entah pikiran apa yang terlintas aku tak bisa menerawang. Semua terasa hambar ketika kau berlaku layaknya pelangi. Kau biarkan aku berharap besar namun kau tak kunjung datang. Disaat aku mulai menginginkan yang lain, tiba-tiba kau muncul, datang membawa angin segar. Aku mungkin bukan orang pertama yang selalu kau ingat, bukan pula orang pertama yang selalu kau harap tuk bisa dekat. Namun, aku adalah orang pertama yang selalu ingin kau ingat bukan hanya tuk sesaat tapi untuk sepanjang hayat.
Dahulu, kala jarak yang begitu dekat menyatu kita sibuk dengan dunia masing-masing. Tak peduli bahkan mengabaikan rasa apa yang tumbuh dalam diri. Namun kini, setelah jarak dan waktu yang begitu membatasi, aku merasakan ada hal yang sebenarnya mengikat kita, tetapi semua itu tak terucap. Terbelenggu dalam satu rasa “gengsi”. Entah mengapa aku  merasa ada yang kau pendam dan kau sembunyikan. Terlihat dari kebiasaanmu yang suka datang dan pergi tanpa permisi. Alasan-alasan yang menurutku basi, kau gunakan untuk menyapaku kembali. Namun, ketika aku larut di dalamnya tiba-tiba kau menghilang dan menjauh lagi.
Aku tahu, aku bukanlah wanita yang berparas elok nan jelita. Bukan pula gadis kaya yang berlimpah harta. Aku hanya orang biasa, berpenampilan sederhana dengan asa setinggi kejora. Sedangkan dirimu, ya semua orang tau sangat kontras dengan diriku. Aku tak berharap lebih darimu, cukup satu. Tetaplah menjadi kakakku seperti yang dulu. Saat-saat SMA. Saat dimana kita sangat dekat, terbuka dan tidak egois. Saat gengsi tak menyelimuti, saat aku merasa bahwa hanya aku yang dekat dirimu.
Sekarang kita berubah. Ya, KITA. Bukan hanya kamu, tapi aku juga. Berawal dari rasa kecewa saat ku dengar kabar kau dengan yang lain. Mungkin terdengar aneh, karena aku memang tak ada ikatan dengan dirimu. Akupun tak tau mengapa aku harus merasa kecewa. Mungkin , aku takut kehilangan. Seperti saat dulu kau berpamitan akan pergi ke Kediri. Begitulah, semenjak itu aku menjauh darimu. Bahkan saat aku menjauhpun dirimu tak peka dengan semua itu. Sampai akhirnya aku mulai sibuk dan asyik dengan kegiatan ku di sini.

Beberapa hari yang lalu kau sempat menghubungiku. Dan seperti biasa bicara ngalor-ngidul basa-basi berakhir pergi tanpa permisi. Sebenarnya aku kecewa, sampai aku berfikir apakah hanya karena kau benar-benar kesepian tak ada teman baru menghubungiku? Terdengar miris, tapi itulah faktanya. Namun, seperti apapun perlakuanmu aku tetap menyayangimu. Karna kau adalah salah satu alasan mengapa aku bisa bertahan di sini sekarang. Kata-kata motivasimu yang selalu membangkitkanku adalah hal yang paling ku suka. Ya, kedewasaanmu dalam memandang masalah serta nasihat-nasihatmu lah yang selalu kurindukan. Tetaplah bersamaku, menjadi sahabatku dan selamanya memberiku petuah-petuah. Jangan bosan menjadi alarm kehidupanku, Mas. Karena kau adalah pelangi yang ku rindukan.

0 komentar:

Posting Komentar