Berjumpa lagi dengan hari Sabtuuu ^^. Ya,
Sabtu ini sangat dinanti-nanti karena sekian lama tak bertemu Om Jay rasanya
ada yang kurang .. hehehe.. hari ini bisa dikatakan pertemuan terakhir antara
PKB dengan Om Jay di Kampus B. Karena Sabtu depan semua anak MIPA akan menerima
materi terakhir Olimpish di Taman Mini
Indonesia Indah (TMII). Materi yang hari
ini disampaikan Om Jay adalah “WORKSHOP KETRAMPILAN PENDIDIKAN DALAM PENANAMAN
OLIMPISHME (UNTUK PERSIAPAN PRAKTIK LAPANGAN)”.
Langsung saja ini dia resume nyaaa....
WORKSHOP
KETRAMPILAN PENDIDIKAN DALAM PENANAMAN OLIMPISHME
Tujuan
Workshop :
Meningkatkan
wawasan dan kompetensi para mahasiswa sebagai calon Fasilitator dalam hal :
- Kemampuan merencanakan dan mengembangkan program pelatihan/fasilitasi penanaman nilai-nilai Olimpisme sesuai kebutuhan dengan berbagai latar belakang peserta.
- Mampu mensosialisasi
& memfasilitasi program penanaman nilai-nilai Olimpisme secara efektif sesuai
prinsip dan konsep belajar mengajar /fasilitasi yang tepat dan efektif .
1.
Pentingnya
Saling mengenal
Saling megenal antar peserta sangat penting dala proses penanaman nilai-nilai olimpishme, dikarenakan :
a. Keterbukaan akan mempermudah proses belajar Suasana Informal menciptakan
b. lingkungan belajar yang kondusif dan lebih produktif
c. Mengenal seseorang adalah bentuk dari penghargaaan terhadap orang lain.
Saling megenal antar peserta sangat penting dala proses penanaman nilai-nilai olimpishme, dikarenakan :
a. Keterbukaan akan mempermudah proses belajar Suasana Informal menciptakan
b. lingkungan belajar yang kondusif dan lebih produktif
c. Mengenal seseorang adalah bentuk dari penghargaaan terhadap orang lain.
2.
Teori/Konsep
Belajar Mengajar
Pengertian Belajar Mengajar :
Belajar adalah suatu proses mengubah perilaku melalui aktivitas atau kegiatan yang dapat menambah, mengubah dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dua konsep dasar dalam pendekatan belajar mengajar berdasarkan objek/peserta yaitu :
a. PAEDAGOGI
Ilmu dan seni dalam mengajar anak .
>Proses belajar mengajar dari orang tua (guru) kepada anak (murid)
>Tujuan proses bersifat mentransmisikan pengetahuan
>Dititikberatkan pada pengetahuan / konsep / teori (knowledge), bukan kepada ketrampilan (skill) atau sikap (attitude)
>Hasil pendidikan sepenuhnya tanggung jawab orang tua / guru
>Bantuan guru terhadap murid sangat dominan, mengingat murid dianggap mempunyai kepribadian yang sangat tergantung kepada pihak lain.
b. ANDRAGOGI
Ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.
Hasil belajar : "perubahan perilaku setelah proses belajar”
Prinsip belajar bagi orang dewasa adalah :
>Belajar bila merasa “ perlu “.
>Belajar sambil bekerja.
>Materi realistis dan relevan dengan kebutuhan.
>Menghubungkan materi dengan pengalamannya.
>Membutuhkan lingkungan yang informal dan kondusif (pendekatan simulasi) .
Pengertian Belajar Mengajar :
Belajar adalah suatu proses mengubah perilaku melalui aktivitas atau kegiatan yang dapat menambah, mengubah dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dua konsep dasar dalam pendekatan belajar mengajar berdasarkan objek/peserta yaitu :
a. PAEDAGOGI
Ilmu dan seni dalam mengajar anak .
>Proses belajar mengajar dari orang tua (guru) kepada anak (murid)
>Tujuan proses bersifat mentransmisikan pengetahuan
>Dititikberatkan pada pengetahuan / konsep / teori (knowledge), bukan kepada ketrampilan (skill) atau sikap (attitude)
>Hasil pendidikan sepenuhnya tanggung jawab orang tua / guru
>Bantuan guru terhadap murid sangat dominan, mengingat murid dianggap mempunyai kepribadian yang sangat tergantung kepada pihak lain.
b. ANDRAGOGI
Ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.
Hasil belajar : "perubahan perilaku setelah proses belajar”
Prinsip belajar bagi orang dewasa adalah :
>Belajar bila merasa “ perlu “.
>Belajar sambil bekerja.
>Materi realistis dan relevan dengan kebutuhan.
>Menghubungkan materi dengan pengalamannya.
>Membutuhkan lingkungan yang informal dan kondusif (pendekatan simulasi) .
>Tertarik
billa materi menarik (dituntut optimalisasi
media belajar yang optimal).
DUA KONSEP DASAR
DALAM PENDEKATAN BELAJAR-MENGAJAR BERDASARKAN PROSESNYA
a. “CONCEPTUAL LEARNING”
lebih menitik
beratkan pada pemahaman filosofis/ konsep/nilai dari materi pelajaran yang di
berikan
b. “EXPERIENTIAL LEARNING”
lebih menitik
beratkan pada proses pemberian pengalaman nyata (fasilitasi), dengan harapan
materi pelajaran yang diberikan dapat segera di pahami dan di terapkan dalam
kehidupan sehari hari.
Experiential Learning diterapkan untuk mengembangkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap, yang berbasis pada “kesadaran berpikir” peserta tentang
apa yang telah dialami.
Empat elemen dalam pelatihan berbasis experiential learning adalah :
1. Adanya tindakan / pengalaman.
2. Adanya proses refleksi / pendalaman tentang apa yang
telah dilakukan.
3. Adanya transfer, dari refleksi pengalamannya selama
pelatihan ke dalam kehidupan nyata.
4. Adanya kesinambungan prilaku dalam jangka panjang.
3.
PERAN
FASILITATOR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
Dalam konteks belajar-mengajar menggunakan metode/fasilitasi simulasi/experiential learning, pengajar lebih tepat disebut sebagai fasilitator, karena fungsinya “hanya” pemberi informasi dan pemudah terjadinya proses belajar-mengajar.
Di sisi lain, seorang fasilitator mempunyai tugas lebih menantang dari sekedar menyampaikan materi, yaitu merencanakan & membangun situasi kelas yang kondusif, serta membimbing & memotivasi warga belajar agar selalu siap melakukan perubahan positif.
A. TAHAPAN PROSES FASILITASI
1. Proses Tee-Up, yakni memberikan Instruksi/ penjelasan/prosedur secara rinci untuk melaksanakan simulasi.
Catatan : Bukan menjelaskan tujuan / poin belajar
2. Debriefing, yakni pembahasan/penjelasan makna simulasi melalui diskusi interaktif, dimana diharapkan peserta sendiri yang lebih aktif dalam mengambil kesimpulan dari proses simulasi.
Catatan : Debriefing biasanya dilakukan pada akhir simulasi, namun bila diperlukan dapat dilakukan pada tengah simulasi (misal : peserta belum mampu menyelesaikan simulasi, sesuai waktu yang dialokasikan).
Dalam metode ini dikenal istilah 4F, yaitu :
1. FACT
Menggali dari peserta tentang apa yang telah dialaminya.
2. FEELING
Menggali proses psikologis peserta selama simulasi.
3. FINDING
Membimbing peserta untuk menemukan “makna” sebuah peristiwa / simulasi.
3. FUTURE (What’s next ?)
Membimbing peserta untuk mempunyai komitmen dalam mengaplikasikan nilai positif yang didapatkannya di situasi nyata.
Dalam konteks belajar-mengajar menggunakan metode/fasilitasi simulasi/experiential learning, pengajar lebih tepat disebut sebagai fasilitator, karena fungsinya “hanya” pemberi informasi dan pemudah terjadinya proses belajar-mengajar.
Di sisi lain, seorang fasilitator mempunyai tugas lebih menantang dari sekedar menyampaikan materi, yaitu merencanakan & membangun situasi kelas yang kondusif, serta membimbing & memotivasi warga belajar agar selalu siap melakukan perubahan positif.
A. TAHAPAN PROSES FASILITASI
1. Proses Tee-Up, yakni memberikan Instruksi/ penjelasan/prosedur secara rinci untuk melaksanakan simulasi.
Catatan : Bukan menjelaskan tujuan / poin belajar
2. Debriefing, yakni pembahasan/penjelasan makna simulasi melalui diskusi interaktif, dimana diharapkan peserta sendiri yang lebih aktif dalam mengambil kesimpulan dari proses simulasi.
Catatan : Debriefing biasanya dilakukan pada akhir simulasi, namun bila diperlukan dapat dilakukan pada tengah simulasi (misal : peserta belum mampu menyelesaikan simulasi, sesuai waktu yang dialokasikan).
Dalam metode ini dikenal istilah 4F, yaitu :
1. FACT
Menggali dari peserta tentang apa yang telah dialaminya.
2. FEELING
Menggali proses psikologis peserta selama simulasi.
3. FINDING
Membimbing peserta untuk menemukan “makna” sebuah peristiwa / simulasi.
3. FUTURE (What’s next ?)
Membimbing peserta untuk mempunyai komitmen dalam mengaplikasikan nilai positif yang didapatkannya di situasi nyata.
Sekian resume kali ini, sampai jumpa Sabtu
9 November 2013 di Istana Anak-Anak Taman Mini Indonesia Indah ^^
0 komentar:
Posting Komentar