Translate

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 08 November 2013

Workshop Pendidikan

Berjumpa lagi dengan hari Sabtuuu ^^. Ya, Sabtu ini sangat dinanti-nanti karena sekian lama tak bertemu Om Jay rasanya ada yang kurang .. hehehe.. hari ini bisa dikatakan pertemuan terakhir antara PKB dengan Om Jay di Kampus B. Karena Sabtu depan semua anak MIPA akan menerima materi terakhir  Olimpish di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Materi  yang hari ini disampaikan Om Jay adalah “WORKSHOP KETRAMPILAN PENDIDIKAN DALAM PENANAMAN OLIMPISHME (UNTUK PERSIAPAN PRAKTIK LAPANGAN)”.
Langsung saja ini dia resume nyaaa....
                                    
WORKSHOP KETRAMPILAN PENDIDIKAN DALAM PENANAMAN OLIMPISHME
Tujuan Workshop :
Meningkatkan wawasan dan kompetensi para mahasiswa  sebagai calon Fasilitator dalam hal :
  1. Kemampuan merencanakan dan mengembangkan program pelatihan/fasilitasi penanaman nilai-nilai Olimpisme sesuai kebutuhan dengan berbagai latar belakang peserta.
  2. Mampu mensosialisasi & memfasilitasi program penanaman nilai-nilai Olimpisme secara efektif  sesuai prinsip dan konsep belajar  mengajar /fasilitasi yang tepat dan efektif .
1.     Pentingnya Saling mengenal
Saling megenal antar peserta sangat penting dala proses penanaman nilai-nilai olimpishme, dikarenakan :
a.
Keterbukaan akan mempermudah proses belajar Suasana Informal  menciptakan
b.
lingkungan belajar yang kondusif dan lebih produktif
c. 
Mengenal seseorang adalah bentuk dari penghargaaan terhadap orang lain.
2.    Teori/Konsep  Belajar Mengajar
Pengertian Belajar Mengajar :
Belajar adalah suatu proses mengubah perilaku melalui aktivitas atau kegiatan yang dapat menambah,  mengubah dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dua konsep dasar dalam pendekatan belajar  mengajar berdasarkan objek/peserta yaitu :
a.  PAEDAGOGI
Ilmu dan seni dalam mengajar anak .
>
Proses belajar mengajar dari orang tua (guru) kepada anak (murid)
>T
ujuan proses bersifat mentransmisikan pengetahuan
>D
ititikberatkan pada pengetahuan / konsep / teori (knowledge), bukan kepada ketrampilan (skill) atau sikap (attitude)
>H
asil pendidikan sepenuhnya tanggung jawab orang tua / guru
>B
antuan guru terhadap murid sangat dominan, mengingat murid dianggap mempunyai kepribadian yang sangat tergantung kepada pihak lain.
b.  ANDRAGOGI
Ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.
H
asil belajar  : "perubahan perilaku setelah proses belajar”
Prinsip  belajar bagi orang dewasa adalah :
>
Belajar bila merasa “ perlu “.
>
Belajar sambil  bekerja.
>
Materi realistis dan relevan dengan kebutuhan.
>
Menghubungkan materi dengan pengalamannya.
>
Membutuhkan lingkungan yang informal dan kondusif (pendekatan simulasi) .
>Tertarik billa materi menarik (dituntut optimalisasi media  belajar yang optimal).

DUA KONSEP DASAR DALAM PENDEKATAN BELAJAR-MENGAJAR BERDASARKAN PROSESNYA
a.         “CONCEPTUAL LEARNING”
lebih menitik beratkan pada pemahaman filosofis/ konsep/nilai dari materi pelajaran yang di berikan
b.         “EXPERIENTIAL LEARNING”
lebih menitik beratkan pada proses pemberian pengalaman nyata (fasilitasi), dengan harapan materi pelajaran yang diberikan dapat segera di pahami dan di terapkan dalam kehidupan sehari hari.
Experiential Learning diterapkan untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap, yang berbasis pada “kesadaran berpikir” peserta tentang apa yang telah dialami.
Empat elemen dalam pelatihan berbasis experiential learning adalah :
1.     Adanya tindakan / pengalaman.
2.    Adanya proses refleksi / pendalaman tentang apa yang telah dilakukan.
3.    Adanya transfer, dari refleksi pengalamannya selama pelatihan ke dalam kehidupan nyata.
4.    Adanya kesinambungan prilaku dalam jangka  panjang.

3.    PERAN FASILITATOR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
D
alam konteks belajar-mengajar menggunakan  metode/fasilitasi simulasi/experiential learning, pengajar lebih tepat disebut sebagai fasilitator, karena fungsinya “hanya” pemberi informasi dan pemudah terjadinya proses belajar-mengajar.
Di sisi lain, seorang fasilitator mempunyai tugas lebih menantang dari sekedar menyampaikan materi, yaitu merencanakan & membangun situasi kelas yang kondusif, serta  membimbing & memotivasi warga belajar agar selalu siap melakukan perubahan positif.
A. TAHAPAN PROSES FASILITASI
1.
Proses Tee-Up, yakni memberikan Instruksi/ penjelasan/prosedur secara rinci untuk melaksanakan simulasi.
Catatan : Bukan menjelaskan tujuan / poin belajar
2. Debriefing, yakni pembahasan/penjelasan makna simulasi melalui diskusi interaktif, dimana diharapkan peserta sendiri yang lebih aktif dalam mengambil kesimpulan dari proses simulasi. 
Catatan : Debriefing biasanya dilakukan pada akhir simulasi, namun bila diperlukan dapat dilakukan pada tengah simulasi (misal : peserta belum mampu menyelesaikan simulasi, sesuai waktu yang dialokasikan).
Dalam metode ini dikenal istilah 4F, yaitu :
1.
FACT
Menggali dari peserta tentang apa yang telah dialaminya.
2.
FEELING
Menggali proses psikologis peserta selama simulasi.
3.
FINDING
Membimbing peserta untuk menemukan “makna” sebuah peristiwa / simulasi.
3.
FUTURE (What’s next ?)
Membimbing peserta untuk mempunyai komitmen dalam mengaplikasikan nilai positif yang didapatkannya di situasi nyata.


Sekian resume kali ini, sampai jumpa Sabtu 9 November 2013 di Istana Anak-Anak Taman Mini Indonesia Indah ^^

Jumat, 01 November 2013

Salam Perubahan

Salam Perubahan J
Tak terasa, bertemu kembali dengan hari Sabtu.. Pastinya bertemu kembali dengan mata kuliah yang sangat mengasyikan, Olimpishme. Ya ,olimpishme sangatlah mengasyikan..  tapi untuk minggu ini terasa ada yang beda.. ada apa ituuuu ?? ada yang beda dan kurang ketika Omjay tidak ada.. karena ada tugas dan kepentingan yang lain Om jay terpaksa harus digantikan Pak Andos.. tapi tak apalah untuk sekali saja..  hehehe
Pagi ini, tepatnya pagi menjelang  siang kami memulai perkuliahan.. Namun, untuk pertemuan kali ini sangatlah berbeda dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya.. bukan hanya karena Omjay digantikan Pak Andos, akan tetapi kami anak-anak jurusan kimia dijadikan satu dalam sebuah ruangan. Suasana seperti merasakan MPA lagi.. hehehe
Pertemuan kali ini membahas dua pokok bahasan, yaitu “Penanaman Olimpishme untuk Membangun Semangat Perubahan” dan “Penanaman  Olimpishme untuk Membangun Lingkungan Pendidikan yang Kondusif”.. Langsung saja inilah resume materinyaa....
cekidot ===========
è
PENANAMAN OLIMPISHME UNTUK MEMBANGUN SEMANGAT PERUBAHAN
Perubahan , sering kita mendengar kata ini. Namun tak banyak orang yang faham apa makna sebenarnya dari perubahan itu. Perubahan bisa kita lihat dari dua segi, yang pertama segi fisik yaitu menunjukkan adanya metamorfosa dari kecil menjadi bentuk yang lebih dewasa dan yang kedua dari segi psikologis yaitu adanya keinginan atau dorongan dalam jiwa untuk menjadi lebih baikdari sebelumnya. Perubahan terjadi secara menyeluruh dan mendunia, baik sektor ekonomi, teknologi,politik maupun sosial budaya.
Perubahan terjadi dari waktu ke waktu. Di negara Indonesia misalnya bisa kita lihat dalam bidang kekayaan, kemajuan teknologi dan globalisasi. Dari abad 18 sampai abad 21 menunjukkan perubahan yang sangat signifikan. Pada abad 18 disebut juga Era Pertanian, diama orang-orang fokus pada pengolahan sawah. Profesi mayoritas penduduk adalah sebagai petani. Pada  abad 19 disebut juga era industri dimana para penduduk sebagian mulai beralih bekerja di pabrik. Tenaga manusia mulai digantikan dengan tenaga mesin. Pada abad 20 disebut juga Era Pengetahuan, dimana IPTEK mulai berkembang. Dan pada abad 21 disebut Era Konseptual dimana pecinta dan pesimpati sangat berpengaruh. Selain IPTEk di era globalisasi ini pengetahuan dan kreativitas serta inovasi merupakan modal utama bagi masyarakat.
Kondisi lingkungan bisnis masa lalu dan masa sekarang sangatlah berbeda. Di masa lalu kondisi bisnis sangatah stabil, tenang dan terprediksi. Namun pada masa sekarang kondisi bisnis sudah berubah menjadi komplek, dinamis dan sulit terprediksi. Bagi mereka yang kuat mereka akan bisa bertahan dalam persaingan, tapi bagi mereka yang lemah mereka akan tenggelam dengan prestaasi dari mereka yang kuat. Secara singkat, tingkat kemampuan bertahan mereka terletak pada kemampuan mereka dalam mengahdapi perubahan dan beradaptasi dengan lingkungan barunya tersebut.
Perubahan itu bersifat pasti dan harus diantisipasi. Pasti karena setiap manusia mengalaminya. Prubahan bisa datang kapan saja dan pada semua aspek kehidupan kita.  Pasti datangnya dan hanya antisipasi yang bisa kita lakukan. Antisipasi terhadap semua kemungkinan yang akan terjadi. Perubahan ini ada yang sifatnya positif yaitu memberi peluang untuk maju, tetapi juga bersifat negatif yaitu bisa menyingkirkan bagi siapa yang tidak bisa beradaptasi dengannya.
Beberapa pandangan mendasar tentang menyikapi suatu perubahan yaitu :
a)    Brain power lebih berguna daripada brute power.
b)   Menurut Jhon Schuly “kekayan alam tidak lagi bersumber pada kekayaan alam tetapi pada kekayaan pola pikir.
c)    Peter Drucker “Sebenarnya tidak ada negara yang bangkrut,yang ada adlah negara yang tersingkir”.
d)   Brian tracy “Know more lebih berperan daripada have more”.
Selain dari orang-orang bijak, kitab suci pun sudah memberi peringatan akan adanya perubahan di dunia.
MEMAHAMI PROSES PERUBAHAN
Secara umum, ada sifat manusia dalam menghadapi perubahan :
a)    Antisipatif
b)   Reaktif
c)    Terpaksa
DAMPAK TERHADAP NEGARA  YANG TIDAK CEPAT MENGIKUTI TUNTUATAN PERUBAHAN   
          Tertinggal dan cenderung banyak kemiskinan
           Tidak mampu bersaing & bergantung pada negara lain
           Tingkat ekonomi dan sosial masyarakat merosot
           Kurang memiliki peran di dunia Internasional
           Tingkat kompetensi sumberdaya manusia rendah
           Miskin prestasi, kreatif dan inovasi
MEMBANGUN SEMANGAT UNTUK BERUBAH MELALUI PENANAMAN OLIMPISME
Keyakinan adalah yang mendasari perubahan.Olympism adalah dasar fundamental dan filosofi kehidupan yang mencerminkan dan mengkombinasikan keseimbangan antara jasmani (badan yang sehat) dan rohani    (kemauan, moral dan kecerdasan) serta mengharmonikan antara kehidupan keolahragaan, kebudayaan dan pendidikan, sehingga dengan demikian dapat diciptakan keselarasan kehidupan yang didasarkan pada kebahagiaan dan usaha yang mulia, nilai nilai pendidikan yang baik dan penghargaan pada perinsip perinsip etika yang
            Tujuan Olympism adalah menempatkan olahraga dimana saja sebagai wahana  pembentukan manusia secara utuh yang harmonis dalam  usaha  membangun suatu masyarakat yang damai dengan saling menghormati. Untuk kepentingan ini gerakan olahraga berusaha secara sendiri-sendiri ataupun bekerjasama dengan organisasi yang terkait menciptakan  kegiatan-kegiatan dalam usaha membangun perdamaian yang abadi.
(Tercantum Dalam Olympic Charter)
MOTTO OLIMPIADE MERUPAKAN KRITERIA MANUSIA PEMBELAJAR YANG SUKSES
CITIUS, ALTIUS, FORTHIUS.
Everybody thinks of  changing the world, but nobody thinks of changing him / herself.
 A real man are not afraid to change.
Nah, ini dia akhir dari resume materi delapan.. eits.. tapi tunggu dulu, masih ada satu materi lagi..

PENANAMAN OLIMPISME  UNTUK MEMBANGUN LINGKUNGAN PENDIDIKAN YANG KONDUSIF
       Dunia pendidikan telah mengalami banyak perubahan,karena SDM saat ini dituntut untuk memiliki pengetahuan/wawasan global yang tinggi. Selain itu pengetahuan dan keterampilan dalam bidang IPTEK dan juga sikap disiplin,jujur serta inovatif. Karena soft skill merupakan modal utama dalam dunia pekerjaan.
Telah terjadi gap besar antara pendidikan dengan lingkungan eksternal, diantara nya :
Proses Pendidikan :
a)    Orientasi terhadap pengembangan  intelektual (intellectual development)
b)   Penyiapan untuk menghadapi masalah yang sederhana 
c)    Pembentukan sikap-sikap dasar “normatif” (etika, sopan - santun, disiplin, birokratis)
d)   Pola  hubungan  lebih formal, satu  arah dan otokratis.
e)    “sukses” » “hasil/ prestasi belajar”
f)    Menekankan “hard skill”
Lingkungan Eksternal :
a)    Orientasi terhadap “human development “ (intelektual , ketrampilan dan moral & periaku profesional ).
b)   Masalah yang dihadapi lebih “complex”, yang memerlukan ketangguhan  daya nalar, fisik dan psikis.
c)    Sikap - sikap  profesional  (kejujuran, adil, respek, keunggulan).
d)   Pola hubungan informal, persahabatan, saling memahami, kedamaian,leadership)
e)    “sukses” » “hasil  prestasi/karya total”
f)          menekankan pada “soft skill”
DAMPAK  YANG DITIMBULKAN
  1. Kompetensi SDM Indonesia kurang “competitive” pada berbagai sektor, baik pada sekala regional maupun internasional.
  2. SDM Indonesia tidak memiliki sikap profesional, kurang memiliki daya juang dan moral-moral mulia seperti kejujuran,saling menghargai & sportifitas.
  1. SDM Indonesia kurang siap memenuhi kebutuhan industri/usaha yang saat ini terus berkembang begitu pesat.
  2. Kondisi ekonomi Indonesia akan makin terpuruk, pada berbagai aspek,baik pada sekala mikro maupun makro          
Pengertian Lingkungan Pendidikan Yang Kondusif
Lingkungan sistem pendidikan yang terdiri dari unsur sekolah, kurikulum, guru, anak didik, orang tua dan lingkungan masyarakat, dimana hasil sistem pendidikan tersebut sejalan ( kondusif ) dengan tuntutan & kebutuhan lingkungan eksternal ( misalnya :  persiapan menghadapi globalisasi, kompetisi)  ( Platform Pendidikan Nasional di Singapura )
Adanya lingkungan pendidikan yang kondusif (memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan diri secara utuh baki hard skill maupun soft skillnya) merupakan prasyarat mutlak, untuk menghadapi globalisasi ( Peter F. Drucker, Marketing Expert )
Adanya lingkungan pendidikan yang kondusif (memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan diri secara utuh baki hard skill maupun soft skillnya) merupakan prasyarat mutlak, untuk menghadapi globalisasi ( Peter F. Drucker, Marketing Expert )
Upaya Menguragi Gap Hasil Pendidikan Dengan Tuntutan Lingkungan Eksternal :
Mensinkronkan arah pendidikan (secara makro/mikro) sesuai kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan  lingkungan eksternal, dengan penyusunan kurikulum yang relevan dengan kehidupan yang lebih riil, melalui :
  1. Pembekalan kepada siswa kompetensi SDM yang relevan (hard sklill + soft skill)
  2. Penyiapan mental siswa menghadapi lingkungan kompetisi yang keras dengan perubahan yang makin cepat.
  3. Pengembangan daya kreatif dan inovatif siswa agar mampu menyikapi situasi & sumberdaya yang makin terbatas.
  4.  Pembiasaan diri dalam lingkungan global dan multi budaya (keterbukaan, interaksi andragogi).
Upaya lain adalah dengan memberikan pembekalan multi kompetensi kepada siswa.
PENANAMAN NILAI-NILAI OLYMPISM DI INSTITUSI PENDIDIKAN  MERUPAKAN PENDEKATAN YANG EFEKTIF  DALAM MENGEMBANGKAN “SOFT SKILL“ SISWA
            Olimpishme merupakan :
          Suatu filsafat kehidupan, yang menyatukan dan menyeimbangkan badan yang sehat dengan kemauan dan kecerdasan.
          Kesatuan antara olahraga, kebudayaan dan pendidikan
            Olympism = Sport + Culture + Education
          Gerakan olahraga selain mengembangkan pola hidup yang sehat, Juga merupakan suatu cara untuk menggembirakan diri  dan meningkatkan mutu dan nilai pendidikan.
OLAHRAGA SEBAGAI ”SEKOLAH UNTUK KEHIDUPAN”
            Olahraga yang dilakukan melalui perancangan dan palaksanaan yang benar merupakan sekolah yang baik bagi kehidupan masa sekarang dan masa depan, oleh karena itu  olahraga yang dimulai sejak anak-anak berada di sekolah dasar yang dikenal dengan istilah mata palajaran pendidikan jasmani haruslah mendapat perhatian dan ditunjang dengan segala aspek yang diperlukan.
            Keterampilan yang diperolah melalui berbagai macam partisipasi dalam permainan merupakan dasar perkembangan manusia secara keseluruhan. Keterampilan tersebut dapat berupa kerja sama, percaya dan harga diri yang merupakan faktor-faktor penting yang mendasar untuk membentuk pribadi manusia agar mereka dapat dan mampu berpikir dan berbuat untuk kepentingan dirinya, masyarakat, negara, bangsa dan dunia (kepentingan masa depannya)
(Prof. Imam Suyudi:  PakarOR/ Mantan Direktur National Olympic Academic Of  Indonesia )
7 KOMPONEN STANDAR  DARI SASARAN PEMBENTUKAN MORAL DALAM OLYMPISM
(TERCANTUM DALAM PIAGAM OLIMPIADE)
  1. Kesempurnaan Dalam Performansi (Excellence in performance)
  2. Berpartisi Dengan Kegembiraan & Kesenangan (Joy and pleasure in participation)
  3. Kejujuran dalam berkompetisi (Fairness of play) 
  4. Rasa Hormat Terhadap Sesama (Respect for other nations, cultures, religions, races and individuals)
  5. Pengembangan Kualitas Manusia (Human quality development)
  6. Belajar Secara Bersama & Terpadu (Leadership by sharing, training, working and competing together )
  7. Kedamaian Antara Bangsa (Peaceful co-existence between different nations peace)
PENANAMAN NILAI-NILAI OLYMPISM  DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN  AKAN EFEKTIF  BILA DILAKSANAKAN  SECARA SISTEMATIS
  1. Merupakan bagian dari  keseluruhan kurikulum pendidikan
  2. Menggunakan  metode “ proses dinamika kelompok “  atau   “quantum learning process”
KESIMPULAN :
-          Sistem pendidikan yang kondusif yang menghasilkan multi kompetensi anak didik sangat diperlukan dalam menghadapi era informasi/globalisasi
-          Nilai nilai olahraga (Olympism) memiliki relevansi dan keterkaitan erat dengan tujuan dan visi pendidikan yang kondusif.
-       Penanaman Olympsm secara terpadu dan konsisten pada lingkungan pendidikan, dapat mendukung terciptanya output pendidikan (SDM) sesuai yang diharapkan .
-   Diperlukan pengembangan program program penanaman Olympism di lingkungan sekolah, dengan pendekatan yang lebih kreatif ,inovatif, efisien dan efektif .
-        Dukungan komitmen dari berbagai pihak (Pemerintah,masyarakat, pelaku pendidikan dan pihak swasta) saat ini sangat di perlukan untuk menghasilkan prestasi olah raga Indonesia yang maksimal.


Nah, berakhirlah pertemuan hari ini.. dan tentunya selalu ada kuis.. J

Senin, 21 Oktober 2013

Yang Ke Tujuh ^^

Materi ke tujuh Olimpishme yaitu “Nilai-Nilai Olimpishme dalam Kepemimpinan Strategik”. Materi ini disampaikan pada pertemuan ke enam, karena Sabtu depan Om Jay tidak bisa hadir . Namun, kami tetap masuk kuliah dan melaksanakan presentasi, sehingga pemberian materi ke tujuh dimajukan.
Apa sih kepemimpinan strategik itu ??
Sebelum membahas kepemimpinan strategik, kita harus tahu terlebih dahulu apa itu arti kepemimpinan. Pada hakekatnya kemimpinan merupakan kemampuan menggerakan, mempengaruhi dan dapat menanamkan kepercayaan pada orang lain atau sekelompok orang  untuk bekerjasama mencapai tujuan tertentu. Fungsi pemimpin yang utama adalah memberikan arah, mengendalikan, melindungi, dan memberdayakan system sumber daya manusia dan kreativitas dikelompoknya. Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan, kepemimpinan strategik adalah kompetensi kepemimpinan yang  diperlukan pada lingkungan/kondisi yang kompleks .
Mengapa organisasi saat ini membutuhkan kepemimpinan yang startegik ??
            Dewasa ini dibutuhkan kepemimpinan yang strategik, dikarenakan beberapa hal berikut :
1.     Fokus organisasi telah berubah.
a. Paradigma Lama :
> Organisasi akan berkembangkan bila mempunyai cukup sumberdaya (5M + Network & Power).
>Pengelolaan manajemen fokus pada pengembangan organisasi karena lingkungan yang menjanjikan dan masih tumbuh.
b. Paradigma Baru:
>Organisasi akan berkembang bila memiliki kratifitas dan inovasi.
>Pengelolaan organisasi perlu mempertimbangkan berbagai aspek strategis karena lingkungan lebih kompleks dengan tingkat persaingan yang tinggi.
2.    Tantangan organisasi dewasa ini begitu  kompleks, maka  diperlukan pemimpin yang memiliki pola berpikir dan bertindak  strategis dan visioner,  sehingga setiap keputusan yang dikeluarkan tepat.
Pemimpin strategik adalah pemimpin yang dapat berperan dalam dua hal  secara bersamaan, yaitu sebagai manager sekaligus sebagai leader.
a. Manager  (coping with complexity)
•          Planning and budgeting
Seorang pemimpin harus mempunyai suatu perencanaan dan penganggaran. Perencanaan terhadap suatu proyek yang juga memikirkan resiko-resikonya. Selain itu, dalam merencanakan sesutau harus diimbangi dengan penganggaran yang tepat.
•          Organizing and staffing
seorang pemimpin harus bisa mengorganisir anggota-anggotanya. Harus bisa memahami dan menyatukan mereka sehingga dapat bersama-sama mencapai tujuan.
•          Controlling and problem solving
Dalam menjalankan tugasnya, pemimpin harus bisa mengontrol kinerja anggota dan dituntut dapat memecahkan masalah yang timbul di dalamnya.
b. Leader
•          Setting a strategic direction
Seorang pemimipin dituntut harus bisa menentukan arah kemana strategi itu akan dijalankan, selain itu juga harus bisa menjaga konsistensinya.
•          Aligning people
Menyelaraskan anggota, ya seorang pemimpin harus bisa menyelaraskan anggota nya. Suatu tujuan tidak dapat tercapai apabila anggotanya tidak satu pikiran, maka dari itu pemimpin dituntut untuk bisa menyatukan pendapat para anggotanya.
•          Motivating and inspiring
sudah selayaknya jika seorang pemimpin itu memberi motivasi dan inspirasi. Karena para anggotanya akan selalu berkavca pada pemimpin, jadi pemimpin harus selalu memotivasi dan menginspirasi para anggotanya agar selalu bersemangat mencapai tujuan.
Pemimpin yang baik itu tidak hanya tahu kemana arah tujuan mereka, pemimpin yang baik juga bisa membawa para anggotanya ke arah tujuan teersebut.
KARAKTERISTIK PEMIMPIN YANG STRATEGIK
a.    Visioner
Memiliki gambaran tentang apa yang ingin dilakukan, bagaimana melakukannya dan bagaimana menghadapi hambatan yang ada.
b.    Memiliki Animo yang besar
Menyukai apa yang dilakukan, membangkitkan semangat dan memberikan inspirasi.
c.    Memiliki Integritas
-Mengenali kekuatan & kelemahan diri.
-Dedikasi terhadap cita-cita dan gagasan.
-Kepribadian yang mature & dapat bekerja sama.
d.    Dapat Dipercaya /Jujur.
e.    Terbuka & Respek Terhadap Orng Lain.
f.    Berani Mengambil Resiko.
g.    Inovatif & Kreatif.
h.    Belajar dari pengalaman & kekeliruan.

PERAN SEORANG PEMIMPIN YANG STRATEGIK
Sebagai Motivator
Sebagai Fasilitator
Sebagai Dinamisator
Sebagai Konselor
Sebagai Evaluator
Nilai Olympism Sangat Relevan Dalam Pembangun Karakter Kepemimpina Strategi
Ø  Visioner (tujuan jangka panjang)
Ø  Peaceful (kedamaian)
Ø  No Discrimination (tidak diskriminatif)
Ø  Mutual Understanding (saling memahami)
Ø  Friendship (persahabatan)
Ø  Solidarity (solidaritas)
Ø  Fair Play (kejujuran,adil,wajar)
Ø  Excellence (keunggulan)
Ø  Fun (kesenangan)
Ø  Respect (menghargai)
Ø  Human Development  (pengembangan diri)
Ø  Leadership (Kepemimpinan)
Ø  Motivation (semangat,pantang menyerah)
Ø  Team Work (kerjasama, sinergi)
Ukuran keberhasilan pemimpin saat ini adalah :
* CITIUS : Mampu membawa tim semakin cepat dalam beradaptasi
* ALTIUS : Mampu memotivasi tim untuk berprestasi makin tinggi
* FORTIUS : Mampu membangun tim dengan daya saing makin kuat
MEMBENTUK PEMIMPIN STRATEGIK YANG SUKSES
                       
BASE I TERCAPAI,  bila pemimpin mampu menciptakan :
a. Cara mendelegasikan yang berhasil
b. Cara mendidik staf bekerja dengan benar dan produktif
c. Cara membangun semangat kerja yang berkesinambungan
BASE II  TERCAPAI, bila pemimpin mampu :
a. Menetapkan peraturan yang jelas dan konsisten
b.Membangun hubungan Interaktif dan komunikatif
c. Membangun tim yang bertanggung jawab dan profesional
BASE III  TERCAPAI,  bila pemimpin mampu :
a. Menjadi konselor efektif.
b. Memberikan solusi pemecahan masalah yg dihadapi staf.
BASE IV TERCAPAI , bila pemimpin mampu :
a. Menjadi pimpinan yang percaya diri dan dihormati
b. Memberikan arahan yang benar.
c. Berinovasi dan berkreasi untuk hasil yang terbaik bagi diri karyawan dan perusahaan.
Kesimpulan dari penjelasan-penjelasan diatas adalah :
1.     Pemimpin memiliki peran yang sangat strategis di dalam suatu organisasi atau perusahaan.
2.    Peran strategis pemimpin harus diimbangi dengan kompetensi yang sepadan.
Penerapan Olympism sangat relevan dan tepat dalam membangun pemimpin strategik.