Untuk
Pertama Kalinya
Terhitung empat hari sudah aku kembali
di sini, di Jakarta. Semalam hujan turun lagi. Lama, lama sekali sampai tadi
pagi. Tak tanggung-tanggung, jalanan pun kembali banjir setelah kemarin sempat
surut. Banyak janji yang batal, karena jalan yang tak bisa di akses. Alhamdulillah,
daerah ku aman. Jadi planing ku ke kampus tetap terlaksana. Awalnya niat ku
hanya ingin mengumpulkan KHS, ya karena anak
Bidik Misi wajib mengumpulkan. Tapi, niat awalku ku itu terpatahkan ketika ada
tawaran mengajar anak-anak pengungsian korban banjir di GOR Otista.
Tanpa pikir panjang, akupun acece
untuk ikut ke sana. Dan inilah, untuk pertama kalinya sepanjang hidupku yang
hampir sembilan belas tahun, aku menyaksikan secara langsung banjir dan
pengungsian. Saat pertama aku melihat pengungsian ini, rasanya tak jelas. Ku tahan
air mata yang ingin menetes. Entah kenapa aku senang sekaligus haru berada di
tengah-tengah mereka. Mereka begitu tegar menghadapi musibah ini. Senyum dan
tawa mereka seakan tak merasakan semua beban ini. Aku bahagia bisa hadir di tengah-tengah
mereka. Menghibur mereka, setidaknya melihat senyum mereka membuat senang hati
ini. Karena akupun tak yakin jika semua ini terjadi padaku, aku bisa setegar
mereka semua.
Bahagia itu sederhana, karena bahagia
itu datangnya dari hati. Tak perlu keliling dunia, keliling Indonesia ataupun mengejar harta dunia. Karena
dengan berbagi apa yang kita punya kepada orang lain itu pun sudah membuat
bahagia. Tak perlu harta, tenaga kita untuk berkontribusi di masyarakat pun
juga tak masalah. Dan pelajaran yang sangat berharga dari kegiatan hari ini
adalah “bersyukur”. Bersyukurlah kita yang masih Allah lindungi dari berbagai
bencana. Kadang kita lupa bersyukur atas nikmatNya, justeru malah mencaci maki dan
selalu merasa kurang atas apa yang kita miliki. Tengoklah saudara-saudara kita
yang kini tengah bertahan hidup melawan bencana. Renungkan apa yang sudah kita
lakukan selamaini. Sedih,galau,malas-malasan sebaiknya sedikit demi sedikit kita
kurangi. Setidaknya kita sedikit lebih beruntung daripada mereka. Malam ini
kita masih bisa tidur nyenyak di atas kasur empuk sedangkan mereka
berdesak-desakkan di pengungsian.
Wahai sahabat, marilah sejenak kita
meluangkan waktu untuk saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Memang tak
ada materi yang kita dapat dari ini, tapi InsyaAllah, Allah yang akan membalas
semuanya. Jadikan kegiatan-kegiatan seperti ini untuk tabungan kita di masa
depan yang abadi. Semua perbuatan yang diniatkan ikhlas karena Allah, maka
dunia ini tak akan cukup untuk membalas perbuatan baik itu. SEMANGAT BERBAGI J
0 komentar:
Posting Komentar